Alkitabmenuliskan: "Tetapi jika engkau memberi sedekah, janganlah diketahui tangan kirimu apa yang diperbuat tangan kananmu. Hendaklah sedekahmu itu diberikan dengan tersembunyi, maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu." Matius 6:3-4 (TB) Bila tangan kanan memberi, tangan kiri tidak perlu tahu. Sedekah Apa Tangan Kanan Beri, Hendaklah Tidak Diketahui Tangan Kiri. Perihal memberi dan menerima, memang terkadang menjadi dilema, karena begitu banyak orang yang ikhlas memberi tanpa harus melakukan pencitraan dan dengan sikap kerendahan hati, namun banyak sekali sekarang kita lihat pencitraan dalam memberi bantuan kepada orang yang sangat Untukitu, ada baiknya kita adakan upaya melupakan setiap sedekah yang telah kita lakukan agar keikhlasan benar-benar terjaga. Artinya, tidak perlu kita mengingat-ingat kembali sedekah yang telah kita keluarkan seberapapun banyaknya sebab hal itu sama saja dengan membuka peluang bagi tangan kiri atau nafsu jelek untuk merusak keikhlasannya. Matius6:3 ITB Tetapi jika engkau memberi sedekah, janganlah diketahui tangan kirimu apa yang diperbuat tangan kananmu. Ungkapan yang Tuhan Yesus berikan ini begitu kuat menjelaskan agar kita belajar untuk memberi dengan diam-diam, pertama bahwa kita tidak perlu orang lain tahu apa yang kita berikan sebab tujuannya bukan untuk orang tahu melainkan untuk membantu orang-orang yang memerlukan. Vay Tiแปn Trแบฃ Gรณp Theo Thรกng Chแป‰ Cแบงn Cmnd Hแป— Trแปฃ Nแปฃ Xแบฅu. 20 Mar 2021 Ternyata Ini Maksud Menyembunyikan Sedekah Dari Tangan Kiri โ€“ Kita seringkali mendengarkan pesan bahwa jika bersedekah, maka tangan kiri janganlah mengetahui apa yang dikeluarkan oleh tangan kanan. Apa maksud dari pesan tersebut? Pesan sedekah tersebut datang dari sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, dari Abu Hurairah berbunyi โ€œSeseorang yang mengeluarkan shadaqah lantas di-sembunyikannya sampai-sampai tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diperbuat tangan kanannya.โ€ Banyak orang beranggapan bahwa maksud pesan sedekah ini adalah sedekah dengan cara sembunyi-sembunyi atau tidak diketahui orang lain. Lantas, bagaimana jika ada kewajiban mengisi form sedekah dan kasus-kasus berkaitan? Tentu saja pesan sedekah ini tidak lantas dimaknai demikian. Sebab dalam Alquran membolehkan sedekah dilakukan secara terbuka atau terang-terangan sebagaimana diperbolehkannya sedekah secara rahasia atau tertutup. Bahkan Allah menjanjikan pahala berkaitan dengan sedekah dua cara tersebut. Hal itu sebagaimana dinyatakan dalam Surah Al Baqarah, ayat 274 "Orang-orang yang menafkahkan hartanya di malam dan di siang hari secara tersembunyi dan terang โ€“ terangan maka mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka bersedih hati."Muhammad Ishom dalam menerangan bahwa berdasar pada ayat di atas, maka sebenarnya tidak ada perbedaan berarti antara sedekah yang dilakukan secara sirri atau rahasia dengan sedekah yang dilakukan secara terbuka atau terang-terangan. Maka sejatinya yang terpenting dalam bersedekah adalah keikhlasan atau niat tulus dan bersih dari keinginan-keinginan duniawi, seperti mendapatkan balasan yang lebih banyak; mendapatkan pujian dari orang lain; mendapatkan popularitas di tengah-tengah masyarakat; atau pencitraan dengan maksud-maksud tertentu. Keikhlasan seperti itu hanya bisa dicapai ketika seseorang dalam bersedekah menyembunyikan tangan kanannya agar tidak diketahui oleh tangan kirinya. Maksudnya, jangan sampai sedekah yang kita lakukan dengan niat samata-mata beribadah kepada Allah, dirusak oleh nafsu jelek yang ada dalam diri kita sendiri. Untuk itu, ada baiknya kita adakan upaya melupakan setiap sedekah yang telah kita lakukan agar keikhlasan benar-benar terjaga. Artinya, tidak perlu kita mengingat-ingat kembali sedekah yang telah kita keluarkan seberapapun banyaknya sebab hal itu sama saja dengan membuka peluang bagi tangan kiri atau nafsu jelek untuk merusak keikhlasannya. Jika kita telah mampu melupakannya, dalam arti benar-benar dapat mengendalikan tangan kiri, maka goda-godaan apapun, baik yang berasal dari dalam diri sendiri maupun dari luar, tidak akan akan mampu mempengaruhi keikhlasan kita. Jika hal itu bisa kita capai, maka itulah yang dimaksud merahasiakan sedekah demi mencapai keikhlasan yang optimal. Singkatnya, dalam bersedekah tantangan kita sebenarnya adalah diri kita sendiri dan bukan orang lain, yakni bagaimana kita bisa bersedekah secara ikhlas dalam arti yang sebenarnya.[] Tetapi jika engkau memberi sedekah, janganlah diketahui tangan kirimu apa yang diperbuat tangan kananmu. Hendaklah sedekahmu itu diberikan dengan tersembunyi, maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.โ€ Banyak konten video di Youtube, Instagram, TikTok, dan media sosial lainnya berisi aksi memberi atau membantu sesama sedekah.Ada yang menyebut fenomena "Tangan Kanan Memberi Tangan Kiri Selfie" itu dengan Pansos panjat sosial. Yang dipanjat adalah panggung positifnya, selfie saat memberi itu memberikan inspirasi atau ajakan kepada orang lain untuk bersedekah. Rasulullah Saw bersabdaู…ู† ุฏุนุง ุฅู„ู‰ ู‡ุฏู‹ู‰ ุŒ ูƒุงู† ู„ู‡ ู…ู† ุงู„ุฃุฌุฑู ู…ุซู„ู ุฃุฌูˆุฑู ู…ู† ุชุจูุนู‡ ุŒ ู„ุง ูŠูู†ู‚ูุตู ุฐู„ูƒ ู…ู† ุฃุฌูˆุฑูู‡ู… ุดูŠุฆู‹ุง . ูˆู…ู† ุฏุนุง ุฅู„ู‰ ุถู„ุงู„ุฉู ุŒ ูƒุงู† ุนู„ูŠู‡ ู…ู† ุงู„ุฅุซู…ู ู…ุซู„ู ุขุซุงู…ู ู…ู† ุชุจูุนู‡ ุŒ ู„ุง ูŠูู†ู‚ูุตู ุฐู„ูƒ ู…ู† ุขุซุงู…ูู‡ู… ุดูŠุฆุงโ€œBarang siapa yang mendakwahkan kebenaran, maka ia akan mendapatkan pahalanya dan pahala orang-orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi pahala mereka sedikit pun. Barang siapa mendakwahkan kesesatan, maka ia akan mendapatkan dosanya dan dosa orang-orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi dosa mereka sedikit punโ€ HR. Muslim.Dalam konteks "mendakwahkan kebenaran" inilah, semoga pahala sedekah yang hilang akibat dipamerkan di medsos, bisa "tergantikan" dengan pahala dakwahnya -ajakan atau inspirasi kebaikan untuk Ikhlas Tangan Kanan Memberi, Tangan Kiri Tak TahuDalam perspektif Islam, publikasi sedekah bisa masuk kategori riya atau pamer amal mengajarkan, sedekah hendaknya ikhlas, jika perlu dilakukan diam-diam, sembunyi-sembunyi, tanpa diketahui orang lain. Hal itu agar keikhlasan sedekah ุฃูŽุจููŠู’ ู‡ูุฑูŽูŠู’ุฑูŽุฉูŽ ุฑูŽุถููŠูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู†ู’ู‡ู ุนูŽู†ู ุงู„ู†ู‘ูŽุจููŠูู‘ ุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูŽู…ูŽ ู‚ูŽุงู„ูŽ ุณูŽุจู’ุนูŽุฉูŒ ูŠูุธูู„ู‘ูู‡ูู…ู ุงู„ู„ู‡ู ูููŠู’ ุธูู„ูู‘ู‡ู ูŠูŽูˆู’ู…ูŽ ู„ูŽุง ุธูู„ู‘ูŽ ุฅูู„ู‘ูŽุง ุธูู„ู‘ูู‡ู ุงูŽู„ู’ุฅูู…ูŽุงู…ู ุงู„ู’ุนูŽุงุฏูู„ูุŒ ูˆูŽุดูŽุงุจู‘ูŒ ู†ูŽุดูŽุฃูŽ ุจูุนูุจูŽุงุฏูŽุฉู ุงู„ู„ู‡ู ุŒ ูˆูŽุฑูŽุฌูู„ูŒ ู‚ูŽู„ู’ุจูู‡ู ู…ูุนูŽู„ู‘ูŽู‚ูŒ ูููŠ ุงู„ู’ู€ู…ูŽุณูŽุงุฌูุฏู ุŒ ูˆูŽุฑูŽุฌูู„ูŽุงู†ู ุชูŽุญูŽุงุจู‘ูŽุง ูููŠ ุงู„ู„ู‡ู ุงูุฌู’ุชูŽู…ูŽุนูŽุง ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุชูŽููŽุฑู‘ูŽู‚ูŽุง ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ุŒ ูˆูŽุฑูŽุฌูู„ูŒ ุฏูŽุนูŽุชู’ู‡ู ุงู…ู’ุฑูŽุฃูŽุฉูŒ ุฐูŽุงุชู ู…ูŽู†ู’ุตูุจู ูˆูŽุฌูŽู…ูŽุงู„ู ุŒ ููŽู‚ูŽุงู„ูŽ ุฅูู†ูู‘ูŠู’ ุฃูŽุฎูŽุงูู ุงู„ู„ู‡ูŽ ุŒ ูˆูŽุฑูŽุฌูู„ูŒ ุชูŽุตูŽุฏู‘ูŽู‚ูŽ ุจูุตูŽุฏูŽู‚ูŽุฉู ููŽุฃูŽุฎู’ููŽุงู‡ูŽุง ุญูŽุชู‘ูŽู‰ ู„ูŽุง ุชูŽุนู’ู„ูŽู…ูŽ ุดูู…ูŽุงู„ูู‡ู ู…ูŽุง ุชูู†ู’ููู‚ู ูŠูŽู…ููŠู’ู†ูู‡ู ุŒ ูˆูŽุฑูŽุฌูู„ูŒ ุฐูŽูƒูŽุฑูŽ ุงู„ู„ู‡ูŽ ุฎูŽุงู„ููŠู‹ุง ููŽููŽุงุถูŽุชู’ ุนูŽูŠู’ู†ูŽุงู‡ู Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, dari Nabi Shallallahu alaihi wa sallam , Beliau Shallallahu alaihi wa sallam bersabda, โ€œTujuh golongan yang dinaungi Allรขh dalam naungan-Nya pada hari di mana tidak ada naungan kecuali naungan-Nya 1 Imam yang adil, 2 seorang pemuda yang tumbuh dewasa dalam beribadah kepada Allรขh, 3 seorang yang hatinya bergantung ke masjid, 4 dua orang yang saling mencintai di jalan Allรขh, keduanya berkumpul karena-Nya dan berpisah karena-Nya, 5 seorang laki-laki yang diajak berzina oleh seorang wanita yang mempunyai kedudukan lagi cantik, lalu ia berkata, Sesungguhnya aku takut kepada Allรขh.โ€™ Dan 6 seseorang yang bersedekah lalu ia menyembunyikannya sehingga tangan kirinya tidak tahu apa yang diinfaqkan tangan kanannya, serta 7 seseorang yang berdzikir kepada Allรขh dalam keadaan sepi lalu ia meneteskan air matanya.โ€Ikhfaโ€™ al-amal menyembunyikan amalan merupakan salah satu cara untuk menutup pintu riyaโ€™. Jika amalan kebaikan tidak ada yang menyaksikannya, maka pikiran yang menginginkan agar ada yang melihatnya dan memujinya akan sirna, sebagaimana disebutkan oleh Imam Al-Ghazali dalam kitabnya, Al-Ihya 'Ulumuddin."Barangsiapa menyebut-nyebut sedekahnya, berarti menginginkan kemasyhuran. Dan barang siapa yang memberi di tengah-tengah orang banyak, dia adalah ahli riya," kata Imam Imam Ghazali, orang-orang terdahulu berusaha keras untuk menyembunyikan sedekahnya sehingga mereka tidak suka jika orang miskin yang diberi itu mengetahui siapa pembelinya. Karena itu ada di antara mereka yang lebih suka bersedekah kepada orang-orang miskin yang buta. Demi menjaga dari kemasyuran dan riya, kata Imam Ghazali, ada orang yang memasukkan uang di saku orang miskin yang sedang tidur, ada pula yang memberikan sedekahnya kepada orang miskin melalui perantara orang lain. Tujuan itu semua agar orang miskin itu tidak mengetahui sipemberiannya, sehingga orang yang diberi itu tidak merasa malu. "Jika dalam bersedekah yang dicari kemasyhuran dan untuk diperlihatkan kepada orang lain maka kebaikan yang menjadi rusak dan dosa pasti diperoleh," Al-Ghazali menyebutkan, disamping ada jenis riyaโ€™ al-jali riyaโ€™ yang jelas, ada juga riyaโ€™ al-khafi riyaโ€™ tersembunyi. Contoh riyaโ€™ al-jali, seseorang beramal karena dorongan utamanya ingin mendapat pujian dari riyaโ€™ tersembunyi, ia bukan menjadi pendorong utama seseorang untuk melakukan amalan. Hanya saja, dengan adanya riyaโ€™ tersembunyi ini semangatnya untuk beramal lebih sebuah sabdanya, Rasulullah Saw menyatakanุนูŽู†ู’ ุนูู‚ู’ุจูŽุฉูŽ ุจู’ู†ู ุนูŽุงู…ูุฑู ุงู„ู’ุฌูู‡ูŽู†ููŠู‘ูุŒ ู‚ูŽุงู„ูŽ ู‚ูŽุงู„ูŽ ุฑูŽุณููˆู„ู ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู… โ€โ€ โ€ "โ€ ุงู„ู’ุฌูŽุงู‡ูุฑู ุจูุงู„ู’ู‚ูุฑู’ุขู†ู ูƒูŽุงู„ู’ุฌูŽุงู‡ูุฑู ุจูุงู„ุตู‘ูŽุฏูŽู‚ูŽุฉูุŒ ูˆูŽุงู„ู’ู…ูุณูุฑู‘ู ุจูุงู„ู’ู‚ูุฑู’ุขู†ู ูƒูŽุงู„ู’ู…ูุณูุฑู‘ู ุจูุงู„ุตู‘ูŽุฏูŽู‚ูŽุฉู โ€"โ€ โ€.โ€Artinya Seperti dinarasikan Uqbah bin Amir Al-Juhani, Rasulullah SAW mengatakan, "Siapa yang membaca Al-Qur'an dengan suara keras maka seperti memberi sedekah terang-terangan dan siapa yang membaca dengan suara lembut maka seperti memberi sedekah secara rahasia." HR Sunan Abi Dawud.Imam An-Nawawi Asy-Syafii rahimahullah berkata dalam syarah sahih muslimPara ulama mengatakan bahwa sedekah sunnah yang afdol dilaksanakan secara sembunyi-sembunyi karena lebih dekat dengan keikhlasan dan jauh dari riyaโ€™ pamer, adapun sedekah wajib zakat lebih afdol dilaksanakan secara terang-terangan. Demikian pula dalam masalah salat, jika salat wajib lebih afdol dilaksanakan secara terang-terangan jamaah di masjid dan salat sunnah lebih afdol dilaksanakan secara sembunyi-sembunyi di rumah.Baca Juga 15 Pahala SedekahSemoga Fenomena Sedekah Era Medsos, Tangan Kanan Memberi Tangan Kiri Selfie, bukan pertanda riya. Semoga orang-orang baik mampu mempertahankan keikhlasannya dalam sedekah. Amin. Wallahu a'lam bish-shawabi.* Oleh Muhammad IshomDalam sebuah hadits dinyatakan bahwa kelak pada hari Qiamat Allah SWT akan memberikan perlindungan kepada 7 golongan orang. Salah satunya adalah golongan orang yang semasa hidupnya suka bersedekah sedemikian rupa sehingga tidak diketahui orang lain. Dalam hadits itu disebutkan bahwa ketika tangan kanan memberikan sedekah, tangan kiri tidak mengetahuinya. Tangan kiri dalam hadits tersebut dipahami sebagai perumpamaan orang lain. Hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah tersebut berbunyiูˆุฑุฌู„ ุชุตุฏู‚ ุจุตุฏู‚ุฉ ูุงุฎูุงู‡ุง ุญุชู‰ ู„ุง ุชุนู„ู… ุดู…ุงู„ู‡ ู…ุง ุตู†ุนุช ูŠู…ูŠู†ู‡โ€œSeseorang yang mengeluarkan shadaqah lantas di-sembunyikannya sampai-sampai tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diperbuat tangan kanannya.โ€Hadits tersebut pada umumnya dipahami seperti itu, yakni sedekah yang paling baik adalah sedekah yang tidak diketahui orang lain. Atas dasar pemahaman seperti itu, maka tidak jarang kita mendengar atau menemukan daftar penyumbang anonim, yakni seseorang memberikan sedekah atau sumbangan dengan tidak mencantumkan namanya; atau dengan mengidentifikasi diri sebagai โ€œHamba Allahโ€. Pemahaman seperti itu memang sudah jamak. Namun, jika pemahaman seperti itu yang benar, maka pertanyaaanya bagaimanakah sikap kita ketika kita disodori list atau daftar penyumbang di mana nama penyumbang dan besarnya sumbangan dicantumkan secara jelas? Bagaimana pula ketika kita berada di masjid, misalnya, kita disodori kotak infaq berjalan? Apakah sebaiknya kita menolak mengisi kotak infaq itu dengan alasan khawatir tidak ikhlas karena dilihat banyak orang? Untuk menjawab persoalan-persoalan di atas, marilah kita telaah sampai dimana pemahaman seperti itu bisa diterima. Untuk maksud itu, saya akan menggunakan ayat-ayat Al-Qurโ€™an sebagai dasar rujukan, atau sering disebut dengan dalil naqli dan logika yang sering disebut dengan dalil aqli. Sebelum menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas secara panjang lebar, saya ingin menyampaikan jawaban sementara bahwa pemahaman tangan kiri adalah perumpamaan orang lain bukanlah pemahaman yang tepat.. Argumentasi saya adalahPertama, tangan kiri jika dikaitkan dengan tangan kanan sebagaimana disebut dalam hadits di atas, kurang tepat jika ditafsirkan sebagai orang lain. Alasannya, tangan kiri dan tangan kanan merupakan pasangan anggota badan yang terdapat dalam diri seseorang, sebagaimana telinga kiri berpasangan dengan telinga kanan, kaki kiri berpasangan dengan kaki kanan, dan seterusnya. Singkatnya, tangan kiri bukanah orang lain, tetapi bagian dari diri sendiri dalam satu dalam Al-Qurโ€™an kata โ€œkananโ€ sering dikaitkan dengan โ€œkebaikanโ€, dan kata โ€œkiriโ€ dikaitkan dengan โ€œkeburukanโ€. Sebagai contoh misalnya, dalam Surah Al Waqiโ€™ah, ayat 27, terdapat istilah โ€œashabul yaminโ€ artinya golongan kanan; dan dalam ayat 41 terdapat istilah โ€œashabus syimalโ€ artinya golongan kiri. Yang dimaksud โ€œAshabul yaminโ€ golongan kanan adalah orang-orang baik yang menerima buku catatan amal dengan tangan kanan dan oleh karena itu mereka masuk surga. Sedangkan โ€œashabus syimalโ€ golongan kiri adalah orang-orang jelek yang menerima catatan amalnya dengan tangan kiri, dan karena itu mereka masuk neraka sebelum kemudian masuk surga setelah masa hukumannya habis terlebih dahulu. Singkatnya, โ€œkananโ€ berarti โ€œbaikโ€ dan โ€œkiriโ€ berarti โ€œburukโ€ atau โ€œjelekโ€. Dalam kaitan dengan hadits di atas, jika โ€œtangan kiriโ€ diartikan sebagai orang lain, maka arti itu kurang sehubungan dengan makna-makna tersebut, maka โ€œtangan kananโ€ dalam hadits di atas dapat diartikan sebagai simbol positif berupa amal sedekah kepada orang lain dengan dilandasi niat yang baik. Dengan kata lain, yang dimaksud dengan โ€œtangan kananโ€ adalah perbuatan baik yang didorong oleh keinginan yang baik, yakni niat ikhlas beribadah semata-mata untuk mencari ridha Allah SWT. Inilah yang sering disebut dengan nafsul muthmainnah, yakni nafsu yang baik. Sedangkan โ€œtangan kiriโ€ adalah simbol negatif berupa kejelekan yang didorong oleh keinginan yang jelek, seperti riyaโ€™, pamrih dan sombong. Inilah yang sering disebut dengan nafsul ammarah bis suuโ€™, yakni nafsu yang apakah sedekah yang dilakukan secara rahasia dan tidak diketahui orang lain dijamin pasti lebih baik dari pada yang dilakukan secara terbuka? Jawabanya, belum tentu sebab baik buruk suatu amal tergantung pada keikhlasan, sedangkan keikhlasan itu terletak di dalam hati. Bisa saja seseorang bersedekah dengan menggunakan anonim, seperti โ€œHamba Allahโ€, tetapi dalam hati sebenarnya ia sangat membanggakannya. Ini bisa berarti riyaโ€™, yang berarti pula tidak ikhlas. Demikian sebaliknya, bisa saja seseorang bersedekah secara terbuka dengan mencantumkan nama yang jelas dan diketahui orang banyak, tetapi dalam hatinya tidak ada rasa pamer sedikitpun dan jauh dari keinginan untuk mendapatkan pujian dari orang lain. Bukankah yang disebut terakhir itu lebih baik dari pada yang disebut pertama? Kelima, Al-Qurโ€™an membolehkan sedekah dilakukan secara terbuka atau terang-terangan sebagaimana diperbolehkannya sedekah secara rahasia atau tertutup. Hal itu sebagaimana dinyatakan dalam Surah Al Baqarah, ayat 274ุงู„ู‘ูŽุฐููŠู†ูŽ ูŠูู†ู’ููู‚ููˆู†ูŽ ุฃูŽู…ู’ูˆูŽุงู„ูŽู‡ูู…ู’ ุจูุงู„ู„ู‘ูŽูŠู’ู„ู ูˆูŽุงู„ู†ู‘ูŽู‡ูŽุงุฑู ุณูุฑู‘ุงู‹ ูˆูŽุนูŽู„ุงูŽู†ููŠูŽุฉู‹ ููŽู„ูŽู‡ูู…ู’ ุฃูŽุฌู’ุฑูู‡ูู…ู’ ุนูู†ู’ุฏูŽ ุฑูŽุจู‘ูู‡ูู…ู’ ูˆูŽู„ุงูŽ ุฎูŽูˆู’ููŒ ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ูู…ู’ ูˆูŽู„ุงูŽ ู‡ูู…ู’ ูŠูŽุญู’ุฒูŽู†ููˆู†ูŽ"Orang-orang yang menafkahkan hartanya di malam dan di siang hari secara tersembunyi dan terang โ€“ terangan maka mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka bersedih hati."Berdasar pada ayat di atas, maka sebenarnya tidak ada perbedaan berarti antara sedekah yang dilakukan secara sirri atau rahasia dengan sedekah yang dilakukan secara terbuka atau terang-terangan. Al-Qurโ€™an mengakui keabsahan dan kebaikan keduanya meski beberapa ulama berpendapat bahwa sedekah untuk pribadi lebih baik tidak diketahui orang lain untuk menjaga privasi pihak penerima. Jika demikian halnya, maka sejatinya yang terpenting dalam bersedekah adalah keikhlasan atau niat tulus dan bersih dari keinginan-keinginan duniawi, seperti mendapatkan balasan yang lebih banyak; mendapatkan pujian dari orang lain; mendapatkan popularitas di tengah-tengah masyarakat; atau pencitraan dengan maksud-maksud tertentu. Keikhlasan seperti itu hanya bisa dicapai ketika seseorang dalam bersedekah menyembunyikan tangan kanannya agar tidak diketahui oleh tangan kirinya. Maksudnya, jangan sampai sedekah yang kita lakukan dengan niat samata-mata beribadah kepada Allah, dirusak oleh nafsu jelek yang ada dalam diri kita sendiri. Untuk itu, ada baiknya kita adakan upaya melupakan setiap sedekah yang telah kita lakukan agar keikhlasan benar-benar terjaga. Artinya, tidak perlu kita mengingat-ingat kembali sedekah yang telah kita keluarkan seberapapun banyaknya sebab hal itu sama saja dengan membuka peluang bagi tangan kiri atau nafsu jelek untuk merusak keikhlasannya. Jika kita telah mampu melupakannya, dalam arti benar-benar dapat mengendalikan tangan kiri, maka goda-godaan apapun, baik yang berasal dari dalam diri sendiri maupun dari luar, tidak akan akan mampu mempengaruhi keikhlasan kita. Jika hal itu bisa kita capai, maka itulah yang dimaksud merahasiakan sedekah demi mencapai keikhlasan yang optimal. Bukan merahasiakan terhadap orang lain, tetapi terhadap nafsunya sendiri yang disimbolkan dengan tangan kiri. Ketika kita ikhlas, maka tidak ada persoalan apakah sedekah itu kita lakukan secara terbuka dengan diketahui orang lain atau kita lakukan secara rahasia tanpa diketahui orang lain. Singkatnya, dalam bersedekah tantangan kita sebenarnya adalah diri kita sendiri dan bukan orang lain, yakni bagaimana kita bisa bersedekah secara ikhlas dalam arti yang sebenarnya. Dengan argumentasi-argumentasi sebagaimana saya uraikan di atas, maka saya berkesimpulan yang dimaksud tangan kiri dalam hadits di atas adalah nafsu kita sendiri yang disebut nafsul amamrah bis suuโ€™. Dengan demikian, jika tangan kiri dipahami sebagai orang lain dan sedekah dianggap lebih baik apabila dirahasiakan dari orang lain, maka pemahaman itu kurang tepat. Apalagi sekarang manajemen modern menuntut adanya transparansi dan akuntabiltas, terutama dalam laporan-laporan keuangan. Bahkan, Komisi Pemilihan Umum KPU telah menetapkan Peraturan KPU Nomor 17 Tahun 2013 tentang pedoman pelaporan dana kampanye. Dalam peraturan itu, seorang penyumbang dana untuk partai politik tidak diperkenankan menggunakan anonim, seperti โ€œHamba Allahโ€. Alasannya, untuk mencegah dana yang diterima partai politik termasuk dalam unsur pidana, seperti uang dari perbuatan korupsi dengan tujuan money laundry, dan adalah dosen Fakultas Agama Islam Universitas Nahdlatul Ulama UNU Surakarta

sedekah tangan kiri tidak boleh tahu